Minggu, 01 April 2012

Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir

Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat. Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. 'Hingga tetes terakhir' pikirnya.

Manusia kuat itu lalu menantang para penonton : "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini..!". Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras, dan menekan sisa jeruk, tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba..?".

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencobanya. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung". Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran para penonton.

Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya dan semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lainnya. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memerasnya, dan "Ting..!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.

Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh. Manusia kuat itu lalu memeluk wanita kurus itu, katanya : "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu..?". "Begini" jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku”. ”Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku. ”Selalu Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir”. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku”.

Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya, demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut.

Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan, setiap yang hilang pasti ketemu, dalam kesesataan ada petunjuk, dalam kesulitan ada kemudahan, dan setiap kegelapan ada benderang.

Sampaikan kabar gembira pada malam hari bahwa sang fajar pasti datang mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. kabarkan juga kepada orang yang sedang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan segera datang secepat kelebatan cahaya dan kedipan mata, kabarkan juga kepada orang-orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.

Saat anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa di balik kejauhan ada kebun yang rimbun penuh hijau dedaunan, ketika anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa, tali itu akan segera putus, setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.

Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti berubah dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dengan sabar, betapapun, hari demi hari akan terus bergulir, tahun demi tahun akan selalu berganti, malam demi malam pun silih berganti, meski demikian yang ghoib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap pada keadaan dan segala Sifat-Nya. dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yang baru setelah itu semua, tetapi sesungguhnya, setelah kesulitan itu tetap akan muncul kemudahan. Jabat erat dan salam hangat, semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.


( ﻔﺈﻦ ﻤﻊ ﺍﻠﻌﺴﺭ ﻴﺴﺭﺍ )

Kamis, 01 Maret 2012

Album Live Conser Sadati

Fa Yaa Ayyuuhar Roojuuna Minhu Syafaa'atan. Sholluu 'Alaihi Wa Sallimuu Tasliimaa. Alhamdulillaah Wasy Syukru Lillaah Azkaa Sholaati Wasalaami Li Rosuulillaah.

Setelah beberapa kali Live Show dibeberapa tempat dan berbagai hajatan, akhirnya kami bisa menampilkan beberapa lantunan sholawat dari Sadati (Sarono Dandani Ati Group's) untuk Para Pecinta Sayyidina wa Maulana Muhammad Saw, semoga bisa menjadi pengobat rindu kepada Sang Kekasih Tercinta serta menjadi bukti kecintaan kita kepada Beliau Saw dan kelak menjadi sababiyah kita semua mendapat limpahan Syafa'atnya. Amin,..

Rabu, 01 Februari 2012

Kyai Kampung dan Santri

Sebuah kisah tentang Kyai kampung dan seorang santri. Kebetulan Kyai kampung ini menjadi imam musholla dan sekaligus pengurus ranting NU di desanya. Suatu ketika didatangi seorang tamu yang mengaku santri liberal, karena lulusan Pesantren Modern dan pernah mengenyam pendidikan di Timur Tengah. Tamu itu begitu PD (Percaya Diri), karena merasa mendapat legitimasi akademik, plus telah belajar Islam di tempat asalnya. Sedang yang dihadapi hanya Kyai kampung, yang lulusan pesantren salaf.

Tentu saja, tujuan utama tamu itu mendatangi Kyai untuk mengajak debat dan berdiskusi seputar persoalan keagamaan Kyai. Santri Liberal ini langsung menyerang sang Kyai : “Sudahlah Kyai tinggalkan kitab-kitab kuning (turats) itu, karena itu hanya karangan ulama kok. Kembali saja kepada Al-Qur’an dan Hadits”, ujar santri itu dengan nada menantang. Belum sempat menjawab, Kyai kampung itu dicecar dengan pertanyaan berikutnya. “Mengapa Kyai kalau dzikir kok dengan suara keras dan pakai menggoyangkan kepala ke kiri dan ke kanan segala..? Kan itu semua tidak pernah terjadi pada zaman Nabi saw dan berarti itu perbuatan bid’ah”, kilahnya dengan nada yakin dan semangat.

Mendapat ceceran pertanyaan, Kyai kampung tak langsung reaksioner. Tetapi sang Kyai mendengarkan dengan penuh perhatian dan tak langsung menanggapi. Justru Kyai itu menyuruh anaknya mengambil termos dan gelas.

Kyai tersebut kemudian mempersilahkan minum, Santri Liberal tersebut kemudian menuangkan air ke dalam gelas. Lalu Kyai bertanya : “Kok tidak langsung diminum dari termos saja. Mengapa dituang ke gelas dulu..?” tanya Kyai santai. Kemudian Santri Liberal itu menjawab : ”Ya ini agar lebih mudah minumnya Kyai”, jawab santri. Kyai pun memberi penjelasan : “Itulah jawabannya mengapa kami tidak langsung mengambil dari Al-Qur’an dan Hadits. Kami menggunakan kitab-kitab kuning yang mu’tabar, karena kami mengetahui bahwa kitab-kitab mu’tabarah adalah diambil dari Al-Qur’an dan Hadits, sehingga kami yang awam ini lebih gampang mengamalkan wahyu, sebagaimana apa yang engkau lakukan menggunakan gelas agar lebih mudah minumnya, bukankah begitu..?”. Tamu tersebut terdiam tak berkutik.

Kemudian Kyai balik bertanya : “Apakah adik hafal Al-Qur’an..? dan sejauhmana pemahaman adik tentang Al-Qur’an..? Berapa ribu adik hafal hadits..? Kalau dibandingkan dengan ‘Imam Syafi’iy siapa yang lebih ’alim..?” Santri tersebut menjawab : ”Ya tentu ‘Imam Syafi’iy Kyai, sebab beliau sejak kecil telah hafal Al-Qur’an, beliau juga banyak mengerti dan hafal ribuan hadits, bahkan umur 17 beliau telah menjadi guru besar dan mufti”, jawab santri liberal. Kyai menimpali : “Itulah sebabnya mengapa saya harus bermadzhab pada ‘Imam Syafi’iy, karena saya percaya pemahaman Imam Syafi’iy tentang Al-Qur’an dan Hadits jauh lebih mendalam dibanding kita, bukankah begitu..?,” tanya Kyai. “Ya Kyai” jawab santri liberal.

Kyai kemudian bertanya kepada tamunya tersebut : “Terus selama ini orang-orang awam tatacara ibadahnya mengikuti siapa jika menolak madzhab, sedangkan mereka banyak yang tidak bisa membaca Al-Qur’an apalagi memahami..?” tanya Kyai. Santri liberal menjawab : “Kan ada lembaga majelis yang memberi fatwa yang mengeluarkan hukum-hukum dan masyarakat awam mengikuti keputusan tersebut” jelas santri liberal. Kemudian Kyai bertanya balik : “Kira-kira menurut adik lebih alim mana anggota majelis fatwa tersebut dengan Imam Syafi’iy..?”. Jawab santri liberal : “Ya tentu ’alim Imam Syafi’iy Kyai”, jawabnya singkat. Kyai kembali menjawab : “Itulah sebabnya kami bermadzhab ‘Imam Syafi’iy dan tidak langsung mengambil dari Al-Qur’an dan Hadits”. ”Oh begitu masuk akal juga ya Kyai..!!”, jawab santri liberal.

Tamu yang mengaku santri liberal dan lulusan Timur Tengah itu setelah tidak berkutik dengan Kyai kampung, akhirnya minta ijin untuk pulang dan Kyai itu mengantarkan sampai pintu pagar. (^___^)

Minggu, 01 Januari 2012

Butir-Butir Pengajaran Imam Ghazali


Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al  Ghozali bertanya,  Soal pertama : "Apa yang paling dekat dengan diri kita  di dunia  ini..?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru,  teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan : semua jawaban itu benar.  Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT  bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Ali Imran : 185).

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua : "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini..?".  Murid -muridnya ada yang menjawab negara  Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan : bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “Masa Lalu”. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap  kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang  dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga : "Apa yang paling besar di dunia ini..?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi,  dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu" (Al A'Raf : 179)  Maka kita  harus hati-hati dengan nafsu kita,  jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah : "Apa yang paling berat di dunia ini ?". Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban hampir benar, kata Imam  Ghozali, tapi yang paling berat adalah "Memegang Amanah" (Al Ahzab : 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika  Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini.  Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah : "Apa yang paling ringan di dunia ini..?". Ada  yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam  Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah “Meninggalkan Sholat”. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat,  gara-gara meeting kita tinggalkan sholat dll.

Lantas pertanyaan keenam adalah : "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang. Benar kata  Imam Ghozali,  tapi yang paling tajam adalah "Lidah Manusia". Karena melalui lidah, manusia  dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.